Monday, 22 February 2016

Agama Hindu & Buddha Masuk ke Indonesia

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ciaooooo! Eh, gaez! Pernah mikirin gak sih gimana caranya agama Hindu & Buddha masuk ke Indonesia? Da kalo gua mah, jujur aja ya, belom pernah. Hingga tersampaikan pada hamba pelajaran IPS pas SD dan SMP, ditambah pelajaran Sejarah Indonesia di SMA sekarang.

 Well, langsung aja ya, gaez. Check this out!

Masuknya kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia melalui proses yang panjang. Berbagai pendapat para ahli meskipun masih berupa dugaan sementara, cukup berguna untuk memberikan pemahaman tentang bagaimana proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia.

                 Teori tentang masuknya kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua pandangan. Pendapat pertama menekankan pada peran aktif dari orang-orang India dalam menyebarkan Hindu-Buddha (teori Waisya, teori Ksatria, dan teori Brahmana). Pendapat kedua mengemukakan peran aktif orang-orang Indonesia dalam menyebarkan agama Hindu-Buddha di Indonesia (teori Arus Balik). Ditambah dengan teori sudra yang menyatakan bahwa penyebaran agama hindu di indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta sudra. Karena mereka dianggap sebagai orang-orang buangan.
1.  Teori Waisya
            Teori Waisya dikemukakan oleh N. J. Krom yang menyatakan bahwa golongan Waisya (pedagang) merupakan golongan terbesar yang berperan dalam menyebarkan agama dan kebudyaan Hindu-Budha. Para pedagang yang sudah terlebih dahulu mengenal Hindu-Budha datang ke Indonesia selain untuk berdagang mereka juga memperkenalkan Hindu-Budha kepada masyarakat Indonesia. Karena pelayaran dan perdagangan waktu itu bergantung pada angin musim, maka dalam waktu tertentu mereka menetap di Indonesia jika angin musim tidak memungkinkan untuk kembali. Selama para pedagang India tersebut tinggal menetap, memungkinkan terjadinya perkawinan dengan perempuan-perempuan pribumi. Dari sinilah pengaruh kebudayaan India menyebar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
            Teori waisya menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh orang-orang india yang berkasta waisya. Karena mereka terdiri atas para pedagang yang datang dan kemudia menetap di indonesia. Bahkan banyak diantara para pedagang itu kawin dengan wanita indonesia.
  • Kelebihan: Banyak Sumber Daya Alam (SDA) di Indonesia dan para pedagang yang berasal dari India dan menyebarkan agama Hindu-Buddha ketika berdagang
  • Kelemahan: Para Pedagang tidak mengerti bahasa sangsekerta dan huruf pallawa
2.  Teori Ksatria
Teori Ksatria berpendapat bahwa penyebaran kebudayaan Hindu-Budha yang dilakukan oleh golongan ksatria. Pendukung teori Ksatria, yaitu:
a.       C.C. Berg menjelaskan bahwa golongan ksatria turut menyebarkan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Para ksatria India ini ada yang terlibat konflik dalam masalah perebutan kekuasaan di Indonesia. Bantuan yang diberikan oleh para ksatria ini sedikit banyak membantu kemenangan bagi salah satu kelompok atau suku di Indonesia yang bertikai. Sebagai hadiah atas kemenangan itu, ada di antara mereka yang dinikahkan dengan salah satu putri dari kepala suku atau kelompok yang dibantunya. Dari perkawinannya itu, para ksatria dengan mudah menyebarkan tradisi Hindu-Budha kepada keluarga yang dinikahinya tadi. Selanjutnya berkembanglah tradisi Hindu-Budha dalam kerajaan di Indonesia.
b.      Mookerji mengatakan bahwa golongan ksatria dari Indialah yang membawa pengaruh kebudayaan Hindu-Budha ke Indonesia. Para Ksatria ini selanjutnya membangun koloni-koloni yang berkembang menjadi sebuah kerajaan.
c.       J.L. Moens menjelaskan bahwa proses terbentuknya kerajaan-kerajaan di Indonesia pada awal abad ke-5 ada kaitannya dengan situasi yang terjadi di India pada abad yang sama. Sekitar abad ke-5, ada di antara para keluarga kerajaan di India Selatan melarikan diri ke Indonesia sewaktu kerajaannya mengalami kehancuran. Mereka itu nantinya mendirikan kerajaan di Indonesia.
            Teori kesatria: menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dibawa oleh orang-orang india berkasta kesatria. Hal ini disebabkan kekacauan politik di india, sehingga para kesatria yang kalah melarikan diri ke indonesia. Mereka lalu mendirikan kerajaan-kerajaan serta menyebarkan agama hindu.
  • Kelebihan: Kaum Ksatria menunjukan rasa semangat dalam berpetualang ke seluruh dunia
  • Kelemahan: Para Ksatria tidak memahami bahasa Sansekerta dan huruf Pallawa
3.  Teori Brahmana
       Teori ini dikemukakan oleh Jc.Van Leur yang menyatakan bahwa agama dan kebudayaan Hindu-Budha yang datang ke Indonesia dibawa oleh golongan Brahmana (golongan agama) yang sengaja diundang oleh penguasa Indonesia. Pendapatnya didasarkan pada pengamatan terhadap sisa-sisa peninggalan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, terutama pada prasasti-prasasti yang menggunakan Bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa. Di India bahasa itu hanya digunakan dalam kitab suci dan upacara keagamaan dan hanya golongan Brahmana yang mengerti dan menguasai penggunaan bahasa tersebut.
           Teori ini mempertegas bahwa hanya kasta Brahmana yang memahami ajaran Hindu secara utuh dan benar. Para Brahmanalah yang mempunyai hak dan mampu membaca kitab Weda (kitab suci agama Hindu) sehingga penyebaran agama Hindu ke Indonesia hanya dapat dilakukan oleh golongan Brahmana.
            Teori brahmana menyatakan bahwa penyebaran agama hindu ke indonesia dilakukan oleh kaum brahmana. Kedatangan mereka ke indonesia untuk memenuhi undangan kepala suku yang tertarik dengan agama hindu. Kaum brahmana yang datang ke indonesia inilah yang menyebarkan agama hindu kepada masyarakat indonesia.
  • Kelebihan: Di Indonesia, banyak prasasti Hindu-Buddha yang menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa. Bahasa tersebut pada saat itu hanya dikuasi oleh kaum Brahmana.
  • Kelemahan: Dalam tradisi Hindu-Buddha kaum Brahmana pantang menyebrang lautan.
4.  Teori Arus Balik/Nasional
         Teori ini dikemukakan oleh F.D.K Bosch yang menjelaskan peran aktif orang-orang Indonesia dalam penyebaran kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Menurut Bosch, yang pertama kali datang ke Indonesia adalah orang-orang India yang memiliki semangat untuk menyebarkan Hindu-Budha. Karena pengaruhnya itu, ada di antara tokoh masyarakat yang tertarik untuk mengikuti ajarannya. Pada perkembangan selanjutnya, banyak orang Indonesia sendiri yang pergi ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu-Budha di India. Sekembalinya di Indonesia, merekalah yang mengajarkannya pada masyarakat Indonesia yang lain.

  • Kelebihan:
  1. Ada kemungkinaan para bangsawan di Indonesia pergi ke India untuk belajar agama Hindu-Budha dan Budaya, tujuanya agar dengan ilmu yang mereka dapat dari india, para bangsawan bisa membuat kekuasaan di Indonesia dengan mencontoh kebudayaan Hindu-Buddha
  2. Adanya bukti tertulis tentang perginya utusan Sriwijaya menuju India untuk belajar.

  • Kelemahan: Kemungkinaan orang Indonesia untuk belejar agama Hindu-Buddha ke india sulit, karena pada masa itu oran indonesia masih bersifat pasif. Lagipula, teori arus balik membutuhkan waktu yang relatif cukup lama. Mulai dari dikirimnya pelajar sampai pendakwahan ajaran ini.
5.   Teori Sudra
         Teori ini dikemukakan oleh van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa di India terjadi banyak peperangan, akhirnya para budak bermigrasi ke wilayah Indonesia dan terjadi perkawinan campuran dengan masyarakat pribumi.
  • Kelebihan: Kaum Sudra di India memang benar-benar tertindas. Hal tersebut menjadi alasan yang mendasar perginya kaum Sudra dari India.
  • Kelemahan: Kaum Sudra adalah kasta yang paling rendah di India. Golongan ini sebagian besar diisi oleh budak atau pekerja kasar. Maka, golongan ini tidak mungkin menguasai huruf pallawa, karena hanya kaum brahman lah yang dapat mengerti huruf pallawa. Sedangkan pasasti di Indonesia menggunakan huruf pallawa dan bahasa sansekerta.


Jalur Masuknya Ajaran Hindu-Buddha ke Indonesia

                Pada permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
  • Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia.
  • Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar.
  • Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.
  • Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Buddha.

Indonesia sebagai negara kepulauan letaknya sangat strategis, yaitu terletak diantara dua benua (Asia dan Australia) dan dua samudra (Indonesia dan Pasifik) yang merupakan daerah persimpangan lalu lintas perdagangan dunia. Untuk lebih jelasnya, silahkan amati gambar peta jaringan perdagangan laut Asia Tenggara yang di atas.
Awal abad Masehi, jalur perdagangan tidak lagi melewati jalur darat (jalur sutera) tetapi beralih kejalur laut, sehingga secara tidak langsung perdagangan antara Cina dan India melewati selat Malaka. Untuk itu Indonesia ikut berperan aktif dalam perdagangan tersebut.
Akibat hubungan dagang tersebut, maka terjadilah kontak/hubungan antara Indonesia dengan India, dan Indonesia dengan Cina. Hal inilah yang menjadi salah satu penyebab masuknya budaya India ataupun budaya Cina ke Indonesia.

Terus apa bukti-bukti dari pengaruh agama Hindu & Buddha ini?

Pada perkembangan selanjutnya, agama Hindu lebih banyak berpengaruh daripada Buddha. Bukti agama Hindu lebih dahulu masuk ke Nusantara adalah kerajaan kerajaan tertua di Indonesia, yaitu Kutai, beragama Hindu. Kerajaan Tarumanegara yang hadir setelahnya juga beragama Hindu.
Bukti lainnya adalah adanya keterangan seorang penjelajah Cina bernama Fa Hsien yang mengatakan bahwa tidak banyak penganut agama Buddha di Ye-Po-Ti atau pulau jawa. Penjelajah Cina ini datang di pulau Jawa pada tahun 414 M.
Bukti - bukti berikut ini memaparkan tentang pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain:
  • Di Sempaga, Sulawesi Selatan ada arca Buddha bergaya amarawati dari India Selatan di Bukit    Siguntang Sumatra Selatan dan di kota Bangun, Kutai. Arca ini bergaya gandhara India Utara
  • Adanya prasasti bertuliskan Huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta di Kutai dan Tarumanegara.
  • Banyaknya penganut Hindu dan Buddha di nusantara atau Indonesia.
  • Berkembangnya kesenian yang bercorak hindu-budha seperti seni patung di Indonesia.
  • Penggunaan kata warman sebagai nama raja seperti raja di India.
  • Munculnya kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia memengaruhi kehidupan masyarakat di  kepulauan nusantara .
  • Masyarakat nusantara menggunakan bahasa Sanskerta dan tulisan Pallawa dalam kehidupan sehari hari.
  • Adanya sistem kemaharajaan.
  • Adanya kitab-kitab sastra seperti Ramayana dan Mahabharata yang bercorak Hindu.

Nah, itu dia sekilas info tentang awal dari agam Hindu & Buddha di Indonesia. Sekian dulu ya, gaeeezzzzz.... Salve!
Wassalamu'alaikum wr. wb.

Sumber referensi: http://baldanhanin.weebly.com/blog/-teori-masuknya-hindhu-buddha-ke-indonesia
http://pelajaran-sma123.blogspot.co.id/2014/11/kelebihan-dan-kelemahan-teori-masuknya.html
http://maarifuru-ic.blogspot.co.id/2015/03/teori-masuknya-hindu-buddha-di-indonesia.html
http://nabilllaaaa.blogspot.co.id/2016/02/teori-masuknya-agama-hindu-buddha-ke.html

Monday, 1 February 2016

Periodesasi Zaman Batu?

Assalamu'alaikum wr. wb.   

   Ciao, gaez. Ketemu lagi sama gue nih. Sekarang gue mau ngasih tau perihal zaman batu. Dimulai dari yang pertama, yang tertua, adalah zaman Paleolitikum. Dan diakhiri masa Megalitikum. Ready? Set.. Go! 

A.    Zaman Paleolitikum
   Paleolitikum a.k.a. Zaman Batu Tua (Bahasa InggrisPaleolithic atau Palaeolithic, Yunani: Ï€Î±Î»Î±Î¹ÏŒÏ‚ (palaios) — purba dan Î»Î¯Î¸Î¿Ï‚ (lithos) — batu) adalah zaman prasejarah yang bermula kira-kira 50.000 hingga 100.000 tahun yang lalu. Periode zaman ini adalah antara tahun 50.000 SM - 10.000 SM. Tetapi ada pula yang memperkirakan zaman paleolitikum ini berlangsung kira-kira pada enam ratus ribu tahun yang lalu (masa pleistosen awal).
   Pada zaman berburu dan meramu makanan tk. sederhana ini, manusia Peking dan manusia Jawa telah ada. Di Afrika, Eropa dan Asia, manusia Neanderthal telah hidup pada awal tahun 50.000 SM, manakala pada tahun 20 000 SM, manusia Cro-magnon sudah menguasai kebudayaan di Afrika Utara dan Eropa. Bahkan beberapa perkembangan kebudayaan ditemukan di sekitar Pacitan (ditemukan oleh Von Koenigswald) dan Ngandong.
   Pada zaman ini, manusia hidup secara nomaden atau berpindah-randah dalam kumpulan kecil untuk mencari makanan (biji-bijian, umbi-umbian, serta dedaunan). Mereka tidak bercocok tanam. Mereka menggunakan batu, kayu dan tulang binatang untuk membuat peralatan sehari-hari. Alat-alat ini juga digunakan untuk mempertahankan diri dari musuh.
   Zaman ini dibuktikan dengan adanya fosil-fosil manusia purba, seperti:
1. Meganthropus Paleojavanicus (sekaligus yang tertua).
2. Pithecanthropus Erectus (Pithecanthropus Mojokertensis, Pithecanthropus Robustus).
3. Homo Erectus (Homo Wajakensis, Homo Soliensis).
   Sedangkan artefak yang ditemukan antara lain:
1. Flakes (alat penyerpih berfungsi misalnya untuk mengupas, menguliti).
2. Chopper (kapak genggam/alat penetak).
3. Peralatan dari tulang. 
  Proses pembuatan kapak batu: 
1. Memilih batu yang cocok dan mudah dibentuk.
2. Batu tersebut dipukulkan dengan menggunakan batu yang lebih keras.
3. Pembentukan dengan cara dihaluskan menggunakan kapak tulang, tangan juga dilindungi dengan kulit.
 Ciri ciri kehidupan pada masa paleolitikum antara lain:
1. Hidupnya nomaden atau selalu berpindah-pindah tempat.
2. Hidup dalam kelompok-kelompok kecil agar memudahkan mereka bergerak dalam mencari makanan.
3. Hidupnya sangat tergantung pada alam sekitar mereka.
4. Masih menggunakan alat-alat yang sangat sederhana untuk mendukung kegiatan mereka mencari makan. Alat yang dibuat terbuat dari batu dan tulang, dan masih dalam bentuk yang sangat kasar, Contohnya kapak genggam yang berfungsi untuk memotong, menggali dan menguliti binatang.
5. Masih menggunakan bahasa yang sederhana untuk berkomunikasi.
6. Belum mengenal seni.
 Zaman paleolitikum dibagi menjadi 3 periode yaitu:
1. Zaman Paleolitikum Tua
   Periode ini merupakan periode pertama kali manusia berkembang ke arah yang lebih berbudaya kira-kira 15.000 tahun yang lalu. Pada masa ini muncul peralatan dari batu yang dibuat dengan sistem benturan, yaitu dengan membenturkannya pada batu lain yang lebih keras. Bukti-bukti yang ditemukan dibeberapa tempat, misalnya di dekat danau Turkana, di Kenya, dan di Etiopia Selatan dan Jurang Olduvai. Tradisi pembuatan alat – alat ini disebut dengan tradisi peralatan Oldowan. Tradisi alat oldowan ini merupakan kemajuan teknologi yang penting bagi Hominida. Keuntungan utama dari kemunculan alat dari tradisi Oldwan ini adalah semakin banyak sumber daya alam yang dapat didayagunakan dalam waktu yang lebih singkat, dengan tenaga yang lebih sedikit, dan dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi.

2. Zaman Paleolitikum Madya
   Pada periode ini manusi purba diperkirakan telah memiliki kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannnya artefak – artefak di Situs Mousterian yang mengungkapkan adanya pemujaan pada binatang pada waktu itu.

3. Zaman Paleolitikum Muda
   Pada periode ini manusia purba sedikit lebih berkembang. Merek mulai menemukan peralatan – peralatan berburu seperti panah, tombak, dan pisau batu yang menyempurnakan teknik berburu mereka. Pada masa ini, banyak sekali kebudayaan yang muncul karena penyebaran manusia yang telah luas hingga ke pelosok bumi.

B.    Zaman Mesolitikum
   Mesolitikum atau Zaman Batu Madya (Bahasa Yunani: mesos "tengah", lithos batu) adalah suatu periode dalam perkembangan teknologi manusia, antara Paleolitik atau Zaman Batu Tua dan Neolitik atau Zaman Batu Muda. Istilah ini diperkenalkan oleh John Lubbock dalam makalahnya "Zaman Prasejarah" (bahasa Inggris: Pre-historic Times) yang diterbitkan pada tahun 1865.
   Zaman mesolitikum adalah zaman di mana manusia masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari – harinya. Zaman mesolitikum sendiri disebut dengan zaman batu tengah dan terjadi pada masa holsen sekitar 10. 000 tahun yang lalu.
  Pada zaman mesolitikum di Indonesia, manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman paleolitikum, yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai mempunyai tempat tinggal agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berlokasi di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan goa-goa (abris sous roche) sehingga di lokasi-lokasi tersebut banyak ditemukan berkas-berkas kebudayaan manusia pada zaman itu.
  Kjokkenmoddinger yang diambil dari bahasa Denmark, yaitu kjokken yang berarti dapur dan modding yang berarti sampah. Jadi, Kjokkenmoddinger adalah sampah dapur. Dalam pengertian yang sebenarnya, Kjokkenmoddinger adalah fosil yang berupa timbunan atau tumpukan kulit kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter. Fosil ini ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, yakni antara daerah Langsa hingga Medan. Penemuan tersebut menunjukkan bahwa manusia purba pada zaman ini sudah mulai menetap.
   Sedangkan Abris Sous Roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan manusia sebagai tempat tinggal. Ceruk-ceruk di dalam batu karang memberikan perlindungan terhadap hujan dan panas. Di dalam dasar gua ini didapatkan banyak peninggalan kebudayaan, dari jenis paleolitikum sampai permulaan neolitikum, tetapi sebagian besar dari zaman mesolitikum.
   Penyelidikan terhadap abris sous roche dilakukan oleh van Stein Callenfels di Gua Lawa dekat Sampung (Ponorogo, Madiun), dari tahun 1928-1931. Alat-alat yang ditemukan banyak sekali macamnya : alat-alat bantu, seperti ujung panah dan flakes, batu-batu penggilingan, kapak-kapak yang sudah diasah, alat-alat dari tulang dan tanduk rusa, dll. Kebanyakan terbuat dari tulang sehingga disebut Sampung Bone Culture.
   Dibandingkan dengan zaman paleolitikum, pada zaman ini manusia mulai mengalami perkembangan budaya yang lebih cepat. Perkembangan budaya yang cepat ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah keadaan alam yang lebih stabil. Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup dengan lebih tenang, sehingga mereka bisa mengembangkan kebudayaannya. Salah satu perkembangannya adalah manusia pada zaman itu sudah mempunyai kemampuan membuat kerajinan gerabah dari tanah liat.
   Mereka juga sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat – alat yang diambil dari tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari – hari seperti pada masa mengumpulkan makanan tingkat awal atau paleolitikum. Bahkan, mereka telah mulai mengenal kepercayaan.
   Berdasarkan keterangan diatas, ditambah dengan beberapa keterangan lain, dapat disimpulkan bahwa ciri Zaman Mesolitikum adalah :
1. Manusia di zaman ini sudah tidak lagi nomaden atau menetap di gua, maupun di pantai.
2. Manusia zaman ini sudah mengumpulkan makanan dan bercocok tanam.
3. Manusia zaman ini sudah bisa membuat kerajinan dari gerabah.
4. Ditemukannya kyokkenmodinger (bukit-bukit kerang hasil sampah dapur).
5. Ditemukannya abris sous roche (gua-gua tempat tinggal).
6. Manusia zaman tersebut telah mengenal seni berupa lukisan pada dinding gua, seperti lukisan pada dinding gua, lukisan bercap tangan dan babi hutan.
7. Alat-alat yang digunakan disebut pebble (kapak sumatra).
8. Manusia di zaman ini sudah mengenal kepercayaan.

C.     Zaman Neolitikum
Neolitikum atau Zaman Batu Muda adalah fase atau tingkat kebudayaan pada zaman prasejarah yang mempunyai ciri-ciri berupa unsur kebudayaan, seperti peralatan dari batu yang diasah, pertanian menetap, peternakan, dan pembuatan tembikar, dimulai sekitar tahun 1500 SM di Indonesia. Zaman ini tentunya sudah lebih maju jika dibandingkan dengan zaman sebelumnya, yaitu Paleolitikum dan Mesolitikum. Neolitikum bahkan juga sering disebut sebagai revolusi budaya dan ada beberapa budaya yang masih digunakan untuk manusia di zaman modern saat ini.
Ciri dari zaman Neolitikum ini ialah:
1. Peralatan yang sudah dihaluskan dan diberi tangkai.
2. Jenis alat yang dipergunakan adalah kapak persegi dan kapak lonjong.
3. Pakaian terbuat dari kulit kayu, perhiasannya terbuat dari batu dan manik-manik.
4. Telah bertempat tinggal menetap (sedenter).
5. Telah mempunyai kemampuan untuk bercocok tanam dabn beternak.
6. Telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.

7. Mereka juga sudah mulai membuat banyak tembikar dari tanah liat untuk membuat alat-alat rumah tangga.
     Masyarakat pada zaman neolitikum ini memiliki ciri yang khas. Salah satunya ialah sikap terhadap alam kehidupan sudah mati. Kepercayaan bahwa roh seseorang tidak lenyap pada saat orang meninggal sangat mempengaruhi kehidupan mereka. Upacara yang paling menyolok adalah upacara pada waktu penguburan terutama bagi mereka yang dianggap terkemuka oleh masyarakat. Biasanya yang meninggal dibekali bermacam-macam barang keperluan sehari-hari seperti perhiasan, periuk, dan lain-lain agar perjalanan si mati ke alam arwah terjalin keselamatannya.
     Jasad seseorang yang telah mati dan mempunyai pengaruh kuat biasanya diabadikan dengan mendirikan bangunan batu besar. Jadi, bangunan itu menjadi medium penghormatan, tempat singgah, dan lambang si mati. Bangunan-bangunan yang dibuat dengan menggunakan batu-batu besar itu pada akhirnya melahirkan kebudayaan yang dinamakan megalitikum (batu besar). Salah satu contoh bangunan megalitikum adalh kubur batu, sarkofagus ,dan waruga yang ketiganya berfungsi sebagai makam.
     Kemajuan masyarakat dalam masa neolitikum ini tidak saja dapat dilihat dari corak kehidupan mereka, tetapi juga bisa dilihat dari hasil-hasil peninggalan budaya mereka. Yang jelas mereka semakin meningkat kemampuannya dalam membuat alat-alat kebutuhan hidup mereka. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum.
   Berikut alat alat atau hasil kebudayaan pada masa Neolitikum:
1. Beliung persegi atau kapak persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, berfungsi sebagai:
  • Tajak untuk menanam tumbuhan`
  • Pisau untuk mengetam padi.
  • Alat pembuat perahu(memotong, mengerat, memukul).
  • Alat yang kecil sebagai pahat.
  • Komoditas dagang (barter).
  • Bekal kubur.
2. Kapak lonjong yang berfungsi sama dengan kapak persegi. 
3. Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. 
4. Gerabah yang mempunyai fungsi sebagai wadah atau tempat untuk keperluan rumah tangga. 
5. Perhiasan (gelang dan kalung yang terbuat dari batu indah). 
6. Pakaian dari kulit kayu. 
7. Tembikar ( Periuk belanga ).

D.    Zaman Megalitikum
Megalitikum menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan "Zaman batu besar".
 Megalitikum berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari kta mega dan lithos. Kata mega berarti besar, dan lithos berarti batu. Pada zaman ini manusia sudah dapat membuat dan meningkatkan kebudayaan yang terbuat dan batu-batu besar. Kebudayaan ini berkembang dari zaman Neolitikum sampai Zaman Perunggu. Pada zaman ini manusia sudah mengenal kepercayaan. Walaupun kepercayaan mereka masih dalam tingkat awal, yaitu kepercayaan terhadap roh nenek moyang, kepercayaan ini muncul karena pengetahuan manusia sudah mulai meningkat.

Kepercayaan pada zaman ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:
1. Animisme, yaitu suatu kepercayaan bahwa segala sesuatu yang adadibumi baik itu hidup ataupun mati mempunyai roh.
2.      Dinamisme, yaitu kepercayaan yang menyakini  bahwa semua benda-benda yang ada di dunia ini baik hidup atau mati mempunyai daya dan kekuatan ghaib, misalnya pada pohon, batu besar, gunung, gua, azimat dan benda-benda lain yang dianggap keramat.

     
Menurut Von Heine Geldern, kebudayaan Megalithikum menyebar ke Indonesia melalui 2 gelombang yaitu:

1. Megalith Tua menyebar ke Indonesia pada zaman Neolithikum (2500-1500 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Kapak Persegi (Proto Melayu). Contoh bangunan Megalithikum adalah menhir, punden berundak-undak, Arca-arca Statis.

2. Megalith Muda menyebar ke Indonesia pada zaman perunggu (1000-100 SM) dibawa oleh pendukung Kebudayaan Dongson (Deutro Melayu). Contoh bangunan megalithnya adalah peti kubur batu, dolmen, waruga Sarkofagus dan arca-arca dinamis.

   Apa yang dinyatakan dalam uraian di atas, dibuktikan dengan adanya penemuan bangunan batu besar seperti kuburan batu pada zaman prasejarah, banyak ditemukan manik-manik, alat-alat perunggu dan besi. Hasil kebudayaan megalithikum biasanya tidak dikerjakan secara halus, tetapi hanya diratakan secara kasar dan terutama hanya untuk mendapatkan bentuk yang diperlukan.

   Kebudayaan Megalitikum meninggalkan beberapa benda peninggalan. Beberapa benda tersebut juga masih digunakan oleh suku suku tertentu, seperti suku Nias.
Peninggalan kebudayaan Megalitikum, antara lain:

1. Menhir
   Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Pembuatan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek moyang. Selain menhir terdapat bangunan yang lain bentuknya, tetapi fungsinya sama yaitu sebagai punden berundak-undak.
2. Punden Berundak-undak
   Punden berundak-undak adalah bangunan dari batu yang bertingkat-tingkat dan fungsinya sebagai tempat pemujaan terhadap roh nenek moyang yang telah meninggal. Bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan yang suci, dan lokasi tempat penemuannya adalah Lebak Sibedug/Banten Selatan dan Lereng Bukit Hyang di Jawa Timur, sedangkan mengenai bentuk dari punden berundak dapat Anda amati gambar-gambar berikut ini.
3. Dolmen
   Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai mayat tertutup rapat oleh batu.
   Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah / Sumatera, dan NTT. Bagi masyarakat Jawa Timur, dolmen yang di bawahnya digunakan sebagai kuburan/tempat menyimpan mayat lebih dikenal dengan sebutan Pandhusa atau makam Cina.
4. Sarkofagus
  Sarkofagus adalah keranda batu atau peti mayat yang terbuat dari batu. Bentuknya menyerupai lesung dari batu utuh yang diberi tutup. Dari Sarkofagus yang ditemukan umumnya di dalamnya terdapat mayat dan bekal kubur berupa periuk, kapak persegi, perhiasan dan benda-benda dari perunggu serta besi. Daerah tempat ditemukannya sarkofagus adalah Bali. Menurut masyarakat Bali Sarkofagus memiliki kekuatan magis/gaib. Berdasarkan pendapat para ahli bahwa sarkofagus dikenal masyarakat Bali sejak zaman logam.
5. Peti kubur
  Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu aja lo dapat mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya.
6. Arca batu
   Arca/patung-patung dari batu yang berbentuk binatang atau manusia. Bentuk binatang yang digambarkan adalah gajah, kerbau, harimau dan moyet. Sedangkan bentuk arca manusia yang ditemukan bersifat dinamis. Maksudnya, wujudnya manusia dengan penampilan yang dinamis seperti arca batu gajah. Arca batu gajah adalah patung besar dengan gambaran seseorang yang sedang menunggang binatang yang diburu. Arca tersebut ditemukan di daerah Pasemah (Sumatera Selatan). Daerah-daerah lain sebagai tempat penemuan arca batu antara lain Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

7. Waruga
  Waruga adalah peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.

Udah dulu ya, gaeeez. Well, do not forget to check my friend's blog, yang isinya mantap. Sumber referensi utama gue tuh. Linknya yang teratas di daftar sumber referensi gue. Salve!

Wassalamu'alaikum wr. wb.

Sumber referensi:
http://nabilllaaaa.blogspot.co.id/
http://smatabelajar.blogspot.co.id/2012/09/sejarah-kelas-x.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Paleolitikum
https://id.wikipedia.org/wiki/Mesolitikum
https://id.wikipedia.org/wiki/Neolitikum



Powered by Blogger.