Assalamu’alaikum wr. wb.
Hey, guys. I’m back..! But guess, kenapa gue muncul saat liburan masih menginap? Yes!
I’m not here for those history thing, jajajaja. Gue mau ceritain
liburan gue kemaren, yang menurut gue lebih bermanfaat lah dibanding liburan
gue biasanya.
SOOOOOOOOOOOOOO, kemarin, tepatnya H+2 our Eid al Fitr, gue
dan keluarga tercinta pergi ke suatu tempat yang lagi booming.
Mungkin khususnya di kalangan pecinta alam, traveler, and geographer kali
ya. OK, we went to Ciletuh Geopark, Sukabumi. Kenapa ke sini?
Karena sekalian kakak gue nyari bahan dan survei buat paper dia. So
that is why. Kan katanya Geopark Ciletuh ini lengkap. Ada 9 atau 10 curug ya?, Tebing Panenjoan, Gunung Badak, Batu
Batik, Batu Kodok, dll. Katanya juga, gacuma sebagai tempat wisata, tapi juga
sebagai tempat mempelajari ilmu geologi skala dunia, misalnya aspek
tektonik, petrologi, stratigrafi, mikropaleontologi, dan geo-morfologi.
Abis itu, blablabla lalala nanana sepuluh jam telah
terlewati, yang adalah jam empat sore, kita nyampe. Kok lama banget ya? Hm,
mungkin karena adek gue ada yang masih kelas satu, rempong dia, terus kita
sering mampir di indomaret dan alfamart. Terus pas abis sholat dzuhur tuh kita
nongkrong dulu, nyari makan lagi. Jadi gitu. Padahal mah katanya cuma butuh
waktu sekitaran enam jam dari Depok.
Nyampe di sana, kita tuh bingung, ini terus kita
ngapain? Kok gaada gerbang masuk dan loket tiket masuknya? Ya, jadi di
Geopark Ciletuh ini, emang belom terlalu diatur sih bagian retribusi untuk
masuknya. Tapi pas masuk ke bagian-bagiannya, maksudnya ke salah satu fenomena
geosfer yang ada di situ, beberapa, bayar. Kenapa cuma beberapa yang bayar? Gue
gatau hehe. Pertamanya, kita gak ngeh kalo udah ngelewatin Curug Awang.
Padahal itu salah satu destinasi utama Geopark Ciletuh ini. Yaudah. Terus kita,
ngelewatin Kantor Sekretariat PAPSI (Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi) dan
Tebing Panenjoan. Kenapa cuma dilewatin? Karena di sana rame. Kita maunya yang
sepi:v Tapi ya, seharusnya mendingan sebelum keliling tuh ke Kantor Sekretariat
PAPSI, nanya-nanya dulu, jadi kelilingnya lebih enak karena udah lumayan tau
tentang wilayah dan tempatnya.
Karena emak dan bapak gue takut kemaleman, jadi kita nyari
penginapan dulu. Di sana gaterlalu banyak penginapan. Katanya sih karena warga
setempat sepakat untuk tidak membangun bangunan mewah, layaknya penginapan,
gitu. Pas keliling nyari teh penuh semua. Untung akhirnya ada bapak pemilik
penginapan dan restoran Bale Kambang, Bapak H. Nendi yang membantu kita nyari
rumah untuk malam beristirahat. Cari-cari-cari-cari, akhirnya ketemu. Kita
jadinya nyewa satu rumah, salah satu rumah warga di sana, karena
gaterlalu nyaman berbagi tempat dengan orang yang belum kenal baik. Sebenernya
bisa aja cuma nyewa satu atau dua kamar milik warga setempat, sistem homestay gitudeh.
Tapi ya karena alasan di atas, gajadi hehe.
Abis istirahat sejenak, kita pergi ke Pantai Palangpang.
Pantai ini panjang dan uniknya, katanya, soalnya gua gamerhatiin persis,
bentuknya kayak tapal kuda, ngikutin kontur kawasan Geopark Ciletuh yang juga
bentuknya tapal kuda. Dan, setelah pakir, kita pun turun dari mobil:v
Setelahnya…..
Alangkah kecewanya hati daku… Mengapa? Sampah bertebaran
tanpa ditemani maupun diurusi pemiliknya-_- Padahal seharusnya mereka tau bahwa
gaboleh buang sampah sembarangan, toh lo gabakal mati cuma gara-gara nyimpen
satu atau dua plastik kemasan makanan atau minuman di tas kan.-. Ada juga
himbauan yang ditempel, kalo gasalah dari SMAN 1 Ciemas yang kerjasama sama
pemerintah setempat tentang dilarang buang sampah sembarangan, kalau
buang sampah sembarangan nanti diganggu kuntilanak. Apa pada gatakut kuntilanak atau
gapercaya adanya kuntilanak? Wallahua'lam
bishshawab..
Hm, begitulah. Ya, husnudzon-nya, mungkin
karena lebaran, jadi rame, jadi pada buang sampah. Tapi seharusnya sih, mau
lebaran atau nggak, mau rame atau nggak, gak seharusnya kita buang sampah
sembarangan. Tapi emang sih, rada susah nemuin tempat sampahnya.
Warung tenda tempat makan pun rada jauh dari pantainya. Jadi gabisa ngingetin
pengunjung untuk buang sampah pada tempatnya. Berpindah dari sampah, pantainya
bagus!
Ada semacam landmark gitu
juga, tulisannya GEOPARK CILETUH. Sayangnya, batu dasar landmark ini ada tulisan dengan pylox-nya. Entah emang begitu seharusnya atau itu dibuat
orang iseng, gatau gue.-. Landmark ini dipagari dengan bambu, tapi kita tetep bisa masuk
ke dalam karena ada bagian yang terbukanya. Orang-orang pada foto di sini. Di
sekitaran pantai ini juga ada beberapa tempat buat santai-santai, juga
disediain kursi panjang gitu buat duduk-duduk. Gue ga datengin ribuan pasir
yang sedang bersama air itu sih tapinya, soalnya males, udah liat banyak sampah
dan motor duluan di pantainya.-.
Puas ngeliat sunset (yang
sebenernya udah mau abis pas kita sampe di Pantai Palangpang ini), kita pun
beranjak dari batas antara dataran dengan laut selatan ini. Kita berniat untuk
melanjutkan acara berkeliling saat besoknya. Terus kita pun beristirahat di rumah
sewaan tadi. Selepas sholat, kita laper. Terus inget kalo ada restoran Bale
Kambang. Jadilah emak bapak gue ke sana, sedangkan kami para anaknya menunggu
dengan tak sabarnya:v
Setelah beberapa saat, emak bapak gue balik. Waaa, tercium
bau sedap. Apakah itu? Jadi, emak bapak gue beli ikan kakap merah buat makan
malem. Buat gue yang gasuka seafood, emak dan bapak membelikan
telur dadar. Harga jual makanan restoran ini termasuk murah. Nasi, yang
porsinya banyak banget, serius, harganya 5000. Ikan kakap merah tadi, harga
jualnya 75000 untuk satu kilogramnya. Kalo telornya, gatau gue.-. Kopi item
harganya 3000. OHYA! Perlu kalian ketahui, juru masak restoran ini sebelumnya
bekerja di salah satu kapal pesiar. Beliau seorang muallaf, kemudian akhirnya
memutuskan bekerja di restoran ini. Masakannya enak lho. Kalo ke sana, jangan
lupa makan di restoran ini yaaa hehe.
Setelah kenyang, kami berbincang sedikit dan nonton film dari
laptop bapak gue. Terus tidur deh. Esoknya, setelah siap-siap, kami pun
melanjutkan perjalanan. Kita pertama berniat menuju Curug Cimarinjung. Enak,
curugnya deket rumah sewaan kita, ditambah lagi kitanya gaperlu daki jauh-jauh
gitu. Di Curug Cimarinjung ini, bebatuan dan tebing sekitarnya berlumut. Karena
tempatnya rada tertutup terus air cipratannya kuat dan tersebar luas. Ohya lupa bilang, kalo mau masuk ke area Curug Cimarinjung
ini, ada biaya retribusi sebesar 3000 rupiah per orangnya. Pas kita sampe di
sini sih, baru ada kita doang ditambah rombongan mas-mas seragaman, entah darimana.
Masih sepi, jadi enak:v
Kata bapak penjaganya, jangan main di batu yang atas, ada ular
katanya. Tapi gue naik hahaha, alhamdulillah lagi gaada ular. Di curug
ini gaboleh berenang juga karena curam gitu deh di bagian bawahnya. Di curug
ini alhamdulillah lagi areanya bersih. Ada semacam tempat sampah di salah satu
sudutnya. Ati-ati ya jangan lupa, soalnya jalannya lumayan licin, walau
sebelumnya gak hujan. Ya, intinya sih, curugnya bagus, airnya jernih. Dan
enaknya sih, sensasi cipratan airnya itu loh. Apalagi dengan tempat yang rada
tertutup, jadi cipratannya kebagian banyak:p Sebenernya deket Curug Cimarinjung
ada juga Puncak Darma. Tapi karena 2.5 km jauhnya dari tempat masuk, begitulah.
Puas dengan kenyamanan di Curug Cimarinjung, kita isi perut
dulu di restoran Bale Kambang. Kita makan nasi goreng tanpa telur, harganya
10000, dan enak. Terus abis sarapan itu, kita berpindah menuju Curug Sodong.
Gajauh kok jarak antar curugnya. Nah kalo Curug Sodong ini terkenal karena
kembar. Ya, air terjunnya ada dua. Di sini, cipratannya airnya lebih keras lagi
karena ada dua kekuatan yang bergabung jadi satu. Adem deh ngerasain cipratan
airnya yang ngebasahin muka dan tubuh. Gabasah kuyup tapi ya maksud gue. Maksud
gue tuh basah lembab hahaha. Di Curug Sodong ini lebih rame dibanding Curug
Cimarinjung sebelumnya. Mungkin karena udah lebih siang juga kali ya, gatau
gue. Di sini, air terjunnya teh persis depannya tempat parkir, jadi gitu. Waktu
itu tuh lagi panas terik gitu, untung ada cipratan air:p
Terus juga tebingnya, di bagian samping air terjun itu kebentuk
goa hasil erosi gitu. Banyak yang berenang di sini karena memang dibolehkan.
Masuk ke Curug Sodong ini, bayarnya 3000 juga per orangnya. Sayangnya, ya
sekali lagi mungkin karena lebaran, ada beberapa sampah yng terlihat. Paling
gaenak sih pas liat di bagian pinggiran air, ada nasi berceceran yang lumayan
banyak. Hm, untungnya organik ya, walau lebih jijik-in sih dibanding sampah
plastik. Pengunjung butuh kesadaran lebih nih kayaknya untuk tau di mana buang
sampah itu seharusnya. Gak sembarangan kayak gini.-.
Setelahnya, kita berniat ke Curug Awang. Tapi karena deket
sama jalan menuju keluar, dan kantor sekretariat beserta Tebing Panenjoan lebih
dekat tempatnya, jadi kita kesampingin dulu Curug Awangnya. Pemandangan dari
Tebing Panenjoan ini waaaaaaaaaah banget. Harus liat pemandangannya secara
langsung, k haha. Abis itu, kita mampir ke Kantor Sekretariat PAPSI. Di sana
ada dua bapak pengurus PAPSI yang dengan baik hati banyak menjelaskan mengenai
Geopark Ciletuh ini. Tersedia pula foto-foto yang dipajang di dinding maupun
yang telah dialbumkan.
Ternyata, Ibrahim Komoo, yang adalah Ketua Geopark Asia
Tenggara, asal Malaysia, telah berkunjung ke sini pada akhir tahun 2014 lalu.
Pada websitenya ia menulis, “Saya tidak meragui
daerah Ciletuh sesuai untuk dijadikan geopark bertaraf national. Keistimewaan
geologi, keindahan landskap dan persediaan komuniti setempat untuk membangunkan
geopark telah cukup tersedia.” Di samping itu juga telah ada beberapa
pengunjung dan peneliti dari negara lain seperti Amerika, Belanda, dan Jepang
telah mengunjungi Geopark Ciletuh ini.
Salah satu bapak pengurus PAPSI ini, yang
adalah Bapak Endang, sebagai ketua PAPSI pun lumayan banyak menjelaskan
mengenai masyarakat di kawasan Geopark Ciletuh ini. Masyarakat dan dibantu
PAPSI dan pihak lain, termasuk Bio Farma, mempersiapkan diri untuk Ciletuh yang
sebagai Geopark Internasional. Sejauh ini, masyarakat telah dibina untuk meningkatkan
hasil produksi pertaniannya. Salah satu bintangnya adalah beras hitam,
yang sugar-free, mulai dipesan oleh negara Jepang. Buah-buahannya
pun juga dimanfaatkan sebagai keripik-keripik.
Masyarakat pun juga dibina dalam masalah
penginapan. Sejauh ini, sudah ada 40 rumah yang dijadikan sebagai tempat homestay.
Juga ada batik khas dari Ciletuh. Tepatnya Batik Pakidulan. Beberapa waktu lalu
juga Bio Farma telah meresmikan Rumah Batik Pakidulan. Batik Pakidulan ini
mempunyai motif keindahan alam dari Geopark Alam Ciletuh ini. Diantaranya motif
Hujungan, motif Panenjoan, serta motif Curug, dan beberapa motif lainnya. Batik
Pakidulan ini gak kalah loh sama batik dari daerah lain. Untuk masyarakat pula,
diberi contoh Warung Percontohan yang ada di dekat Kantor Sekretariat PAPSI.
Tujuan pembangunannya agar masyarakat dapat lebih baik dalam hal menyediakan
barang, terutama barang khas daerah Ciletuh.
Setelah puas berbincang, kami pun beranjak
menuju tujuan kita yang terakhir, yaitu Curug Awang. Yep, terkenal dengan
sebutan Mini Niagara, tetapi lagi sedikit kering saat itu. Jadi kayak air terjun biasa. Tapi tetap aja pemandangannya kereeen. Biaya retribusi ke Curug Awang ini hanya sebesar 1000
rupiah per orangnya. Tapi, kita ga sampe ke bagian bawah air terjunnya. Takut
capek hehehe. Sebenernya sih lumayan mudah ke bagian bawahnya, ke bagian
atasnya juga, tapi gitudeh, udah pada capek jadi gajadi. Walau gitu,
pemandangan dari tempat yang disediakan /mungkin/ untuk beristirahat ini
gakalah bagusnya dari pemandangan jarak dekatnya. Juga ada papan informasi
mengenai Curug Awang ini. Ohya, curug-curug yang ada di sini kebanyakan dekat
dengan areal persawahan, jadi sawah di sini pengairannya dari curug-curug ini.
Lelah dan capek, kita pun pulang. Kita bau
dikit banget nge-explore Geopark Ciletuh ini. Emang sih, menurut
gue, didukung oleh Pak Endang juga, gacukup sehari atau dua hari doang untuk
puas nikmatin Geopark Ciletuh ini. Semoga kapan-kapan gue bisa ke sini lagi
heheheh.
Malemnya, masih di tengah perjalanan, kita
makan di kawasan Odeon/? Kita makan di Mie Kocok Mang Ece. Enaaaaak, recommended.
Dagingnya gacuma kikil, tapi babat pun juga dihidangkan dalam mangkuk mie kocok
itu. Dan gacuma mie kocok, ada yamin, yahun, soto mie, dll. Kenyang, kita pun
nyari oleh-oleh khas Sukabumi. Apa hayoo?? Yep, mochi. Kita pun memilih Mochi
Lampion untuk membeli mochi. Mochi-nya beneran recommended. Gue
sih paling suka sama mochi kejunya hehehe. Terussssssss, pulang deh ke rumah.
Dan jalan-jalan ke Sukabumi selesailah sudah.
Makasih ya buat yang kuat baca sampai
akhir. Semoga Geopark Ciletuh bisa jadi Geopark Internasional yang bersih,
terjaga, terawat, dan ramai pengunjungnya, entah domestik maupun
mancanegara. Have a nice holiday, guys! See you.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
#Tulisan di atas berdasarkan apa yang gue
rasain yaaa. Rekomendasi-rekomendasi yang gue berikan sesuai selera gue hehe.
Murah, enak, bagus, indah, dsb kan relatif;) Ohya, lebih bagus saat
mengunjunginya langsung karena foto dan realita terkadang berbeda. Perubahan mungkin akan terjadi cepat atau lambat sehingga tidak sesuai lagi dengan tulisan ini. Grazie mille.
0 comments:
Post a Comment