Assalamu’alaikum wr. wb.
Ciao, teman. Sekarang gue mau ngomongin KAA nihhhh. Simak
yaaa… Boleh komen kok, nanti kita diskusi bareng :p
.
.
.
Pada 19-24 April 2015 lalu, Indonesia
menjadi tuan rumah penyelenggaraan Peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-60
yang bersamaan dengan WEF-EA (World Economy Forum on East Asia) yang
digelar pada 19-21 April 2015 lalu. Dengan bertemakan, "Mempromosikan
Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia” (Promoting
South-South Cooperation for World Peace and Prosperity), rangkaian peringatan
ini diisi dengan sejumlah pertemuan secara marathon. Dimulai dari pertemuan
tingkat pejabat tinggi (SOM), pertemuan para menteri Asia Afrika (Asian
African Ministerial Meeting), KTT Bisnis Asia Afrika (AABS), KTT Asia
Afrika (Asian African Summit), Konferensi Parlemen Asia Afrika, di
Jakarta, hingga puncak Peringatan 60 Tahun KAA berupa napak tilas (historical
walks) dan penandatanganan deklarasi di Gedung Merdeka, Bandung.
Peringatan KAA ke-60 ini cukup
diperhatikan oleh dunia, tak terkecuali pemimpin Rusia, Vladimir Putin. Secara
khusus, pemimpin negara federasi dengan wilayah terluas di dunia tersebut
menyatakan bahwa kerja sama di antara negara-negara Asia Afrika memainkan peran
utama dalam membangun tatanan dunia yang demokratis dan adil (fair).Peringatan
KAA ke-60 ini juga bertujuan untuk memperkuat stabilitas global, melawan
kemiskinan dan kelaparan serta memecahkan masalah sosial ekonomi, yang sesuai
dengan tema Peringatan 60 Tahun KAA tersebut.
Melihat tema, disebut kerja sama
Selatan-Selatan berangkat dari istilah historis dari para pembuat kebijakan
tingkat dunia terkait pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan di antara
negara-negara berkembang. Dimana secara umum berada di benua Asia dan Afrika,
atau negara-negara Selatan global.
Pada pelaksanaan Peringatan KAA ke-60
ini, dihasilkan tiga dokumen utama yaitu Bandung Message, Penguatan
Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan Deklarasi Palestina. Bandung
Message sendiri berpesan untuk mengedepankan
kerja sama yang baru secara nyata dan revitalisasi penguatan kemitraan Asia
Afrika dalam hal solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial
budaya sebagai tiga pilar utama.
Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia
Afrika (NAASP) berisi kerangka kerja implementasi dan tindak lanjut Pesan
Bandung 2015. Sedangkan Deklarasi Palestina berisi delapan poin yakni
menyampaikan dukungan kepada Palestina untuk meraih kemerdekaan, rasa salut
atas perjuangan dan ketabahan Palestina, mendorong solusi dua negara, mengutuk
perlakuan Israel sebagai penjajah dan mengutuk serangan Israel.
Selain itu, Deklarasi Palestina tersebut
juga mendorong terjadinya rekonstruksi Gaza, mendorong realisasi aplikasi
Palestina sebagai anggota PBB, dan mendorong negara-negara di Asia-Afrika yang
belum mengakui Palestina sebagai negara untuk segera melakukannya. Presiden Jokowi
mengatakan proses perumusan ketiga dokumen tersebut berlangsung secara terbuka
dan inklusif yang mencerminkan rasa kepentingan semua pihak yang terlibat dan
konsep yang dihasilkan untuk merefleksikan Dasasila Bandung dan pandangan serta
kepentingan semua anggota konferensi.
Rangkaian Peringatan 60 Tahun KAA ini
juga telah menetapkan tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, peresmian
Monumen KAA, dan pembentukan Pusat Asia Afrika (Asian African Center). Pada
Peringatan KAA ke-60 juga, Presiden
Jokowi mengajak negara-negara di Asia Afrika, untuk mengembangkan sistem, peraturan, dan
regulasi yang lebih ramah untuk dunia usaha dan ekonomi. Apalagi dengan
mengingat fakta bahwa kawasan Asia dan Afrika memiliki banyak potensi dalam
berbagai bidang, khususnya ekonomi. Dengan jumlah penduduk di dua kawasan yang
mencapai sekitar 5.4 milyar jiwa, atau dapat disebut sebagai 75 persen dari
penduduk dunia, kawasan Asia-Afrika menjadi kawasan yang tepat untuk
berinvestasi sekaligus meningkatkan perekonomian.
Dewasa ini, negara-negara Asia Afrika
semakin berperan dalam ekonomi dunia. Ditunjukkan dengan meningkatnya
sejumlah aspek ekonomi, antara lain PDB, pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi investasi.
Namun begitu, pada kenyataan terlihat bahwa sebagian besar penduduk wilayah Asia-Afrika
masih saja mengalami kemiskinan, yang juga dikarenakan konflik intra-state.
Hal ini merupakan PR bagi para pemimpin negara yang tergabung dalam KAA agar
tidak hanya meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonominya yang didominasi oleh “orang-orang
kaya yang semakin kaya”, namun juga harus meratakan kesejahteraan ke seluruh
lapisan masyarakat.
Wakil Presiden Republik Afrika Selatan,
Matamela Ramaphosa mengatakan bahwa masih banyak peluang yang bisa didapatkan
para pengusaha jika berinvestasi di Afrika. Ia menilai bahwa Afrika memiliki
potensi untuk meningkatkan nilai tambah untuk perkembangan pangan global.
Ayanda Mngadi, delegasi bisnis Afrika Selatan mengatakan bahwa kunci
peningkatan perekonomian adalah perdagangan, terutama perdagangan dari sektor
maritim. Hal ini dapat dikatakan sesuai dengan rencana Indonesia sebagai
Poros Maritim Dunia, yang bisa saja juga turut membantu perekonomian
negara-negara di wilayah Asia-Afrika.
Selain itu, di dalam pertemuan ini juga
dibahas pembentukan Dewan Bisnis Asia dan Afrika atau Asia Africa
Business Council, yang akan menjadi perantara untuk meningkatkan hubungan
bisnis antara negara-negara Asia dan Afrika. Peringatan 60 tahun KAA harus
menjadi momen penentu yang dapat memperkuat solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika
dalam menghadapi ketidakadilan yang terjadi di segala penjuru dunia. Proses
penjajahan dalam perspektif ekonomi maupun sosial dan politik terus saja terjadi,
memerlukan kerjasama bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk merdeka, khususnya dalam
bidang ekonomi berupa kesejahteraan yang berkeadilan.
.
.
.
Hehe, udah dulu ya, gaezz..
Makasih banyak udah mau baca sampe abis. Ciao!
Wassalamu’alaikum wr. wb.
0 comments:
Post a Comment