Friday, 2 December 2016

Gimana Kesiapan Anggota KAA dalam Perekonomian Global?

Assalamu’alaikum wr. wb.

Ciao, teman. Sekarang gue mau ngomongin KAA nihhhh. Simak yaaa… Boleh komen kok, nanti kita diskusi bareng :p
.
.
.
Pada 19-24 April 2015 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Peringatan Konferensi Asia Afrika yang ke-60 yang bersamaan dengan WEF-EA (World Economy Forum on East Asia) yang digelar pada 19-21 April 2015 lalu. Dengan bertemakan, "Mempromosikan Kerja Sama Selatan-Selatan bagi Perdamaian dan Kesejahteraan Dunia” (Promoting South-South Cooperation for World Peace and Prosperity), rangkaian peringatan ini diisi dengan sejumlah pertemuan secara marathon. Dimulai dari pertemuan tingkat pejabat tinggi (SOM), pertemuan para menteri Asia Afrika (Asian African Ministerial Meeting), KTT Bisnis Asia Afrika (AABS), KTT Asia Afrika (Asian African Summit), Konferensi Parlemen Asia Afrika, di Jakarta, hingga puncak Peringatan 60 Tahun KAA berupa napak tilas (historical walks) dan penandatanganan deklarasi di Gedung Merdeka, Bandung.
Peringatan KAA ke-60 ini cukup diperhatikan oleh dunia, tak terkecuali pemimpin Rusia, Vladimir Putin. Secara khusus, pemimpin negara federasi dengan wilayah terluas di dunia tersebut menyatakan bahwa kerja sama di antara negara-negara Asia Afrika memainkan peran utama dalam membangun tatanan dunia yang demokratis dan adil (fair).Peringatan KAA ke-60 ini juga bertujuan untuk memperkuat stabilitas global, melawan kemiskinan dan kelaparan serta memecahkan masalah sosial ekonomi, yang sesuai dengan tema Peringatan 60 Tahun KAA tersebut.
Melihat tema, disebut kerja sama Selatan-Selatan berangkat dari istilah historis dari para pembuat kebijakan tingkat dunia terkait pertukaran sumber daya, teknologi, dan pengetahuan di antara negara-negara berkembang. Dimana secara umum berada di benua Asia dan Afrika, atau negara-negara Selatan global.
Pada pelaksanaan Peringatan KAA ke-60 ini, dihasilkan tiga dokumen utama yaitu Bandung Message, Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP), dan Deklarasi Palestina. Bandung Message sendiri  berpesan untuk mengedepankan kerja sama yang baru secara nyata dan revitalisasi penguatan kemitraan Asia Afrika dalam hal solidaritas politik, kerja sama ekonomi, dan hubungan sosial budaya sebagai tiga pilar utama.
Penguatan Kemitraan Strategis Baru Asia Afrika (NAASP) berisi kerangka kerja implementasi dan tindak lanjut Pesan Bandung 2015. Sedangkan Deklarasi Palestina berisi delapan poin yakni menyampaikan dukungan kepada Palestina untuk meraih kemerdekaan, rasa salut atas perjuangan dan ketabahan Palestina, mendorong solusi dua negara, mengutuk perlakuan Israel sebagai penjajah dan mengutuk serangan Israel.
Selain itu, Deklarasi Palestina tersebut juga mendorong terjadinya rekonstruksi Gaza, mendorong realisasi aplikasi Palestina sebagai anggota PBB, dan mendorong negara-negara di Asia-Afrika yang belum mengakui Palestina sebagai negara untuk segera melakukannya. Presiden Jokowi mengatakan proses perumusan ketiga dokumen tersebut berlangsung secara terbuka dan inklusif yang mencerminkan rasa kepentingan semua pihak yang terlibat dan konsep yang dihasilkan untuk merefleksikan Dasasila Bandung dan pandangan serta kepentingan semua anggota konferensi.
Rangkaian Peringatan 60 Tahun KAA ini juga telah menetapkan tanggal 24 April sebagai Hari Asia Afrika, peresmian Monumen KAA, dan pembentukan Pusat Asia Afrika (Asian African Center). Pada Peringatan KAA ke-60  juga, Presiden Jokowi mengajak negara-negara di Asia Afrika,  untuk mengembangkan sistem, peraturan, dan regulasi yang lebih ramah untuk dunia usaha dan ekonomi. Apalagi dengan mengingat fakta bahwa kawasan Asia dan Afrika memiliki banyak potensi dalam berbagai bidang, khususnya ekonomi. Dengan jumlah penduduk di dua kawasan yang mencapai sekitar 5.4 milyar jiwa, atau dapat disebut sebagai 75 persen dari penduduk dunia, kawasan Asia-Afrika menjadi kawasan yang tepat untuk berinvestasi sekaligus meningkatkan perekonomian.

Dewasa ini, negara-negara Asia Afrika semakin berperan dalam ekonomi dunia. Ditunjukkan dengan meningkatnya sejumlah aspek ekonomi, antara lain PDB, pertumbuhan ekonomi, dan kontribusi investasi. Namun begitu, pada kenyataan terlihat bahwa sebagian besar penduduk wilayah Asia-Afrika masih saja mengalami kemiskinan, yang juga dikarenakan konflik intra-state. Hal ini merupakan PR bagi para pemimpin negara yang tergabung dalam KAA agar tidak hanya meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonominya yang didominasi oleh “orang-orang kaya yang semakin kaya”, namun juga harus meratakan kesejahteraan ke seluruh lapisan masyarakat.
Wakil Presiden Republik Afrika Selatan, Matamela Ramaphosa mengatakan bahwa masih banyak peluang yang bisa didapatkan para pengusaha jika berinvestasi di Afrika. Ia menilai bahwa Afrika memiliki potensi untuk meningkatkan nilai tambah untuk perkembangan pangan global. Ayanda Mngadi, delegasi bisnis Afrika Selatan mengatakan bahwa kunci peningkatan perekonomian adalah perdagangan, terutama perdagangan dari sektor maritim. Hal ini dapat dikatakan sesuai dengan rencana Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, yang bisa saja juga turut membantu perekonomian negara-negara di wilayah Asia-Afrika.
Selain itu, di dalam pertemuan ini juga dibahas pembentukan Dewan Bisnis Asia dan Afrika atau Asia Africa Business Council, yang akan menjadi perantara untuk meningkatkan hubungan bisnis antara negara-negara Asia dan Afrika. Peringatan 60 tahun KAA harus menjadi momen penentu yang dapat memperkuat solidaritas bangsa-bangsa Asia-Afrika dalam menghadapi ketidakadilan yang terjadi di segala penjuru dunia. Proses penjajahan dalam perspektif ekonomi maupun sosial dan politik terus saja terjadi, memerlukan kerjasama bangsa-bangsa Asia-Afrika untuk merdeka, khususnya dalam bidang ekonomi berupa kesejahteraan yang berkeadilan.
.
.
.
Hehe, udah dulu ya, gaezz.. Makasih banyak udah mau baca sampe abis. Ciao!
Wassalamu’alaikum wr. wb.



0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.