Assalamu’alaikum wr. wb.
Ciao, gaeeeeeeeeeeeeeeeeeez! Come stai? Tau
gak sih? Gue minggu lalu baru aja UTS. Kalo mau tau kabar nilai mtk gue, gue
belom bisa ngasih tau. Tapi, gue sudah pasrah. Da aku mah apa.
Nah, sekarang gue mau bahas tentang siapakah Fatahillah dan Sunan Gunung Jati
itu? Orang yang samakah? Atau selintas sama namun nyatanya berbeda? Hmmm…
Pandangan sejarawan yang mengatakan bila Fatahillah
identik dengan Sunan Gunung Jati mempunyai pengaruh yang amat luas di kalangan
sejarawan. Hampir semua kepustakaan yang ada mengenai sejarah Indonesia hingga
1970-an, khususnya sejarah Jakarta, Banten, dan Cirebon, masih menganggap tokoh
Fatahillah identik dengan Sunan Gunung Jati.
Berdasarkan informasi
dari buku Sunan Gunung Jati: Sekitar Komplek Makam dan Sekilas Riwayatnya karya
Hasan Basyari, Fatahillah atau juga disebut Faletehan dan Syarif Hidayatullah
merupakan sosok yang berbeda.
Syarif Hidayatullah
adalah putri Nyi Rara Santang atau Syarifah Muda'im, puteri Prabu Siliwangi
yang menikah dengan Maulana Ishaq Syarif Abdillah, penguasa kota Isma'illiyah
Saudi Arabia. Mereka mempunyai dua putera, Syarif Nurullah yang melanjutkan
kedudukan ayahnya sebagai Amir (penguasa) dan Syarif Hidayatullah yang bersama
ibunya kembali ke tanah Jawa sepeninggal Maulana Ishaq Syarif Abdillah.
Ada juga pendapat
yang menyatakan bahwa Sunan Gunung Jati adalah seorang ulama besar dan
muballigh yang lahir turun-temurun dari para ulama keturunan cucu Muhammad,
Imam Husayn. Nama asli Sunan Gunung Jati adalah Syarif Hidayatullah putra
Syarif Abdullah putra Nurul Alam putra Jamaluddin Akbar. Jamaluddin Akbar
adalah Musafir besar dari Gujarat, India yang memimpin putra-putra dan
cucu-cucunya berdakwah ke Asia Tenggara, dengan Campa (pinggir delta Mekong,
Kampuchea sekarang) sebagai markas besar. Salah satu putra Syekh Jamaluddin
Akbar (lebih dikenal sebagai Syekh Maulana Akbar) adalah Syekh Ibrahim Akbar
(ayah Sunan Ampel).
Oleh Pangeran
Cakrabuana yang menjadi penguasa Caruban, Syarif Hidayatullah diperkenankan
tinggal di daerah pertamanan Gunung Sembung sambil mengajarkan agama Islam.
Hingga akhirnya Pangeran Cakrabuana menikahkan Syarif Hidayatullah dengan
putrinya, Nyi Ratu Pakungwati. Karena usianya yang sudah lanjut, Pangeran
Cakrabuana tahun 1479 menyerahkan kekuasaan kepada Syarif Hidayatullah. Sejak
saat itulah Islam melalui Syarif Hidayatullah mulai berkembang pesat.
Fatahillah yang biasa
disebut Faletehan atau Kyai Fathullah adalah seorang ulama dari Pasai Aceh.
Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis, ia hijrah ke tanah Jawa untuk
memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan
Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus (Pati Unus, menantu Raden
Patah Sultan Demak pertama). Sekitar tahun 1525 ia ke Jepara dan menikah dengan
Nyai Ratu Pembayun (adik Sultan Trenggana dari Demak).
Ia kemudian diangkat
Raden Patah sebagai panglima pasukan Demak yang berangkat ke Sunda Kelapa
bersama pasukan Cirebon menghadapi Portugis untuk mempertahankan pelabuhan
Sunda Kelapa. Kemudian beliau bersama pasukannya menaklukkan daerah Banten dan
Sunda Kalapa. Setelah kemenangan itu dan juga setelah Sultan Trenggana
meninggal, Ratu Ayu yang merupakan putri Syarif Hidayatullah menikah dengan Fatahillah
(Jejak Para Wali dan Ziarah Spiritual terbitan Kompas). Jadi bisa dikatakan
Fatahillah merupakan menantu dari Syarif Hidayatullah.
Pada akhir 1990-an,
Sultan Sepuh Cirebon pun mengkonfirmasikan perbedaan dua tokoh ini dengan
menunjukkan bukti dua buah makam yang berbeda. Syarif Hidayatullah yang
bergelar Sunan Gunung Jati sebenarnya dimakamkan di Gunung Sembung (di
kompleks makamnya, tertulis bahwa ia wafat tahun 1568), sementara Fatahillah
(yang menjadi menantu beliau dan Panglima Perang pengganti Pati Unus)
dimakamkan di Gunung Jati (tertulis di makamnya bahwa beliau wafat tahun 1570.
Jadi, saya berpendapat bahwa Sunan Gunung
Jati dan Fatahillah merupakan dua sosok yang berbeda.
Sumber referensi:
0 comments:
Post a Comment